BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua orang memiliki cita-cita, ada
yang ingin menjadi dokter, polisi, tentara dan sebagainya. Namun semakin
bertambahnya usia dapat memacu minat yang berbeda, contohnya seperti saat masih
kanak-kanak kita bermimpi dari yang logis hingga yang tidak logis seperti
menjadi superman atau batman. Lalu pada saat mulai memasuki remaja, impian atau
cita-cita yang kita ingginkan berubah.
Di era yang serba canggih ini semakin banyak peluang
kerja atau profesi yang beragam sehingga membuat para remaja menjadi bimbang
dalam menentukan cita-citanya.
Dengan banyak banyaknya profesi yang
beragam para remaja terutana siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) merasa pesimis
akan kemampuan yang dimilikinya. Mereka merasa takut jika kemampuan yang mereka
miliki tidak sejalan dengan harapan yang ada.
Terkadang para remaja tidak sedikit
yang memiliki cita-cita yang bertolak belakang dengan jurusan yang mereka
geluti. Seperti anak IPA yang ber cita-cita ingin menjadi pengacara dan
sebaliknya anak IPS yang ber cita-cita inggin menjadi dokter. Tetapi karena
ketidakmampuan yang dimiliki untuk masuk ke jurusan yang diinginkan dalam
mencapai cita-cita.
Pada jurusan tertentu para remaja
terutama para siswa yang menggeluti jurusan IPA mendapat sesuatu keistimewaan
yaitu kebebasan untuk memilih Fakultas yang ingin diinginkannya. Maka timbulah
cemoohan orang-orang yang merasa anak IPA merebut hak-hak siswa yang menggeluti
jurusan IPS. Dan akhirnya siswa jurusan IPA harus mengubah cita-cita yang
diinginkannya.
Banyak orang yang memiliki
kekurangan dalam minat dan bakatnya seperti anak-anak yang memiliki gangguan
fisik dan mental yang tidak dapat mewujudkan cita-citanya, contohnya anak autis
yang mengubur dalam-dalam keinginannya. Mereka juga memiliki cita-cita layaknya
orang normal lainnya.
Dengan
banyaknya teman-teman disekolah yang memiliki beribu cita-cita memunculkan rasa
ingin mengikuti apa yang dicita-citakan olehnya. Tetapi tidak sadar dengan
kemampuannya masing-masing.
Dibalik itu semua, ada factor yang
sangat mempengaruhi yaitu masalah ekonomi seperti orang yang kurang mampu dan
pintar serta optimis dengan apa yang dicita-citakannya dengan perlahan terkubur
hanya karena factor ekonomi yang kurang. Padahal disalah satu Universitas ada
yang memberikan Beasiswa tapi disalah gunakan.
Selain itu orang tua sangat berperan
penting dalam cita-cita anak, tidak banyak para remaja yang terhambat
cita-citanya karena keinginan orang tua berbeda dengan anaknya.
Bukan
hanya itu saja, disaat kita sudah optimis dengan cita-cita, tidak berbeda
pendapat lagi dengan orang tua namun ada satu hambatan yang sangat luar biasa
yaitu banyaknya pesaing. Bahkan ada juga yang menyalahgunakan peraturan untuk
menyaring siswa baru di Universitas. Sehingga membuat para remaja harus
mengganti cita-citanya.